BERBAGI ILMU: Ini 5 bandara pertama dibangun di Indonesia! Sekarang jadi apa ya?
Advertise with Anonymous Ads

Ini 5 bandara pertama dibangun di Indonesia! Sekarang jadi apa ya?

Beberapa bandara yang dibangun pertama kali di Indonesia tidak semuanya kini sudah tinggal sejarah. Ada bandara yang sudah beralih fungsi, ada juga yang sudah tidak digunakan, serta ada juga yang dipindah tidak jauh dari lokasi semula. 
Beberapa bandara yang dibangun pertama kali di Indonesia tidak semuanya kini sudah tinggal sejarah. Ada bandara yang sudah beralih fungsi, ada juga yang sudah tidak digunakan, serta ada juga yang dipindah tidak jauh dari lokasi semula.

Berikut ini adalah lima bandara pertama yang dibangun di Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda.



 1. Lapangan Terbang Kalidjati, Subang

Lapangan terbang ini dibangun pada 1914. Lapangan terbang ini sengaja dibangun tidak jauh dari Batavia agar mudah dipakai saat diperlukan. Lokasinya yang berada di pedalaman membuatnya terlindungi Lapangan terbang ini menjadi tempat penyerahan kekuasaan dari Belanda ke Jepang pada 8 Maret 1942



Pangkalan TNI AU Suryadarma yang sebelumnya bernama Pangkalan TNI AU Kalijati sebagai Pangkalan Udara militer pertama di Indonesia, memiliki latar belakang sejarah yang tidak bisa dipisahkan dari perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan Belanda dan pendudukan Tentara Jepang.
Sejarah Pangkalan Udara Kalijati diawali tanggal 30 Mei 1914 ketika Belanda membangun satuan udara bernama PVA (Proef Vlieg Afdeling) yaitu Bagian Penerbangan Percobaan sebagai bagian dari Pasukan Belanda di Hindia Belanda bernama KNIL. Sejak itulah lapangan terbang di Kalijati beroperasi, walaupun masih sangat sederhana yaitu berupa rumput dan bangsal-bangsal dari bambu.
Fasilitas dan bangunan selesai dinamgun pada tahun 1917 termasuk gedung markas Pangkalan, namun untuk gedung markas Lanud yang ditempati sekarang ini di bangun tahun 1962.
Setelah digunakan selama 42 tahun sebagai Markas Komando Lanud Kalijati yang berubah nama sejak tanggal 7 September 2001 menjadi Lanud Suryadarma. Sebelumnya, pada tanggal 20 Juni 2000, Marsekal TNI Raden Soerjadi Soerjadarma dikukuhkan menjadi Bapak AURI. Ia merupakan tokoh yang pertama kali menata TNI Angkatan Udara pada awal kemerdekaan.  -Sumur-

2. Lapangan Terbang Andir, Bandung

Sebelum membangun lapangan terbang Andir, Belanda terlebih dahulu membangun lapangan terbang di Sukamiskin dan sempat diresmikan pada 1921. Namun karena struktur tanahnya yang lembek membuat penjajah membangun kembali di Andir. Lapangan terbang ini menjadi cikal bakal bandara Husein Sastranegara. Lapangan terbang ini dibangun dengan sederhana berupa tanah lapang yang diperkeras dengan aspal



Pada awalnya bandara Husein Sastranegara merupakan bandara peninggalan Pemerintah Hindia Belanda (sebelum PD II) dengan sebutan bandara Andir yaitu suatu nama lokasi dimana lapangan terbang tersebut berada. Nama Husein Sastranegara diambil dari nama seorang pilot militer (TNI AU) yang telah gugur pada saat latihan terbang di Yogjakarta tangal 26 September 1946. Pada masa penjajahan Jepang daerah tersebut dijadikan basis Angkatan Udara Kekaisaran Jepang.
Pembangunan Bandar Udara husein Sastranegara Bandung ditandai dengan perlunya suatu Bandar Udara yang mana Bandar udara tersebut digunakan untuk tempat mendarat (landing) dan berangkat (take off) pesawat terbang dengan baik dan lancar. Berikut ini akan diceritakan sejarah singkat awal berdirinya Bandar Udara Husein Sastranegara Bandung.
Pada tahun 1920 Belanda mendirikan sebuah lapangan udara yang diberi nama LUCH WAART AFLEDING setelah tahun 1942 Lapangan Bandara tersebut di ambil alih oleh Jepang sampai tahun 1945 dan setelah itu keadaan Bandara pada saat itu sempat mengalami keadaan vakum dari tahun 1945 saat Indonesia telah merdeka sampai tahun 1949, dan setelah itu Bandara tersebut di ambil alih oleh TNI-AU sebagai pangkalan militer TNI-AU pada tahun 1969 sampai 1973, baru setelah tahun 1973 Bandara tersebut berubah menjadi Bandara Penerbangan komersial.
Pada tahun 1974 mulai dilakukan kegiatan pelayanan lalu lintas dan angkutan udara komersial secara resmi yaitu dengan berdirinya kantor Perwakilan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dengan nama Stasiun Udara Husein sastranegara Bandung untuk kepentingan kegiatan penerbangan komersial sipil.Selanjutnya pada tahun 1983 berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM 68/HK 207/PHB-83 tanggal 19 Pebruari 1983 klasifikasi Pelabuhan Udara ditingkatkan dari kelas III mejadi klas II. Pada Tahun 1994 dilaksanakan Pengalihan Pengelolaan Bandar Udara dari Dephub kepada PT Angkasa Pura II sesuai PP RI Nomor 26 Thn 1994 tanggal 30 Agustus 1994 tentang Penambahan Penyertaan modal Negara RI ke dalam Modal sahan PT Angkasa Pura II. -Sumur-

3. Lapangan Terbang Tjililitan, Batavia (Jakarta)

Menjelang perang dunia I, Belanda menganggap penting membangun lapangan terbang di Batavia. Lapangan terbang ini dibangun selesai dibangun pada 1924. Lapangan terbang ini dijadikan tempat latihan terbang pesawat Fokker buatan Belanda untuk Kawasan Asia Pasifik. Ini merupakan cikal bakal Bandara Halim Perdanakusuma.



Bandar Udara Internasional Halim Perdanakusuma adalah sebuah bandar udara di Jakarta, Indonesia. Bandar udara ini juga digunakan sebagai markas Komando Operasi Angkatan Udara I (Koops AU I) TNI-AU. Sebelumnya bandar udara ini bernama Lapangan Udara Cililitan.[1] Bandara Halim Perdanakusuma beroperasi sementara menjadi bandara komersial mulai tanggal 10 Januari 2014 untuk mengalihkan penerbangan dari Bandara Soekarno-Hatta yang dinilai telah penuh sesak.
Pada masa perang kemerdekaan, Halim Perdanakusuma dan Opsir Iswahyudi mendapat tugas untuk membawa pesawat tempur yang baru dibeli. Pesawat itu sendiri berada di Muangthai (Thailand). Untuk mempelajari pesawat tempur yang sebelumnya merupakan pesawat angkutan itu, Halim hanya membutuhkan waktu selama kurang lebih 5 hari. Tapi dalam buku sejarah yang dikeluarkan Mabes TNI AU itu, tidak tersebutkan negara mana yang membuat pesawat tersebut.
Dari Thailand pesawat menuju ke Indonesia. Namun malang, pesawat itu tak kunjung sampai. Diperkirakan, pesawat itu terjatuh di kawasan pantai selat Malaka. Tak lama kemudian, nelayan menemukan sosok mayat yang terdampar di kawasan pantai. Dan saat itu kodisi jenazah sangat sulit diidentifikasi. Namun akhirnya jenazah itu diduga merupakan jenazah Halim Perdanakusuma. Sedangkan jenazah Iswahyudi hingga kini belum diketemukan.
Sebagai tanda penghargaan, keduanya dijadikan pahlawan nasional Indonesia dan nama Halim Perdanakusuma diabadikan sebagai Bandara Pangkalan TNI AU di Jakarta Timur sedangkan Iswahyudi diabadikan sebagai Pangkalan TNI AU di Madiun -Sumur-

4. Lapangan Terbang Darmo, Surabaya
Lapangan terbang ini terletak di Kelurahan Sawunggaling, Kecamatan Wonokromo Surabaya. Saat ini bekas lokasi lapangan terbang menjadi Komplek Makodam V Brawijaya. Lokasi landasan pacu lapangan terbang yang dibangun pada 1920 itu kini menjadi Jalan Raden Wijaya.


Lapangan terbang Darmo dibangun pada masa Hindia Belanda di kawasan Goenoengsarieweg ("Jalan Gunung Sari") dan diberi nama "Vliegveld Darmo" dalam bahasa Belanda. Lapangan terbang ini dikelola oleh KNILM (Koninklijke Nederlandsch Indische Luchtvaart Maatschappij atau "Maskapai Penerbangan Kerajaan Hindia Belanda").
Tanggal 10 November 1934, "Uiver", pesawat DC-2 milik maskapai penerbangan Belanda KLM, dalam penerbangan Brisbane, Australia, ke London, Inggeris, sempat singgah di Darmo. -Sumber-


5. Lapangan Terbang Kemayoran, Batavia (Jakarta)
Ini merupakan lapangan terbang internasional pertana yang ada di Batavia. Lapangan yang dibangun pada 1934 ini diresmikan pada 8 Juli 1940. Lapangan terbang ini terbilang modern saat itu dengan kapasitas besar dan fasilitas lengkap.




Bandar Udara Internasional Kemayoran (Dahulu disebut Kemajoran) merupakan bandar udara pertama di Indonesia yang dibuka untuk penerbangan internasional. Landasan bandar udara ini dibangun pada tahun 1934[3] dan secara resmi dibuka pada tanggal 8 Juli 1940. Namun sebenarnya mulai tanggal 6 Juli 1940 tercatat bandar udara ini sudah mulai beroperasi dimulai dengan pesawat pertama yang mendarat jenis DC-3 Dakota milik perusahaan penerbangan Hindia Belanda, KNILM (Koningkelije Nederlands Indische Luchtvaart Maatschapij) yang diterbangkan dari Lapangan Terbang Tjililitan. Tercatat pesawat ini beroperasi di Kemayoran sampai akhir beroperasi.
Bandar udara dengan kode KMO ini pernah tercatat sekitar tahun 1975, penerbangan internasional untuk sementara waktu dialihkan ke Bandar Udara Halim Perdanakusuma karena padatnya jadwal penerbangan kala itu. Lalu kemudian Bandar Udara ini perlahan mulai berhenti beroperasi pada tanggal 1 Januari 1983 dan resmi berhenti beroperasi pada tanggal 31 Maret 1985 tepatnya pukul 00:00 WIB dengan dimulainya pemindahan aktivitas penerbangan ke Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta yang baru saja diresmikan. -Sumur-

 Sekian dulu info dan ilmu nya semoga bisa bermanfaat dan tau banyak hal untuk menambah ilmu kita bersama - Salam -
 -INTI Sumur-
  -Sumur Tambahan-